Mundur Selangkah, Siapkan Ruang untuk Kalah

Hujan selalu menjadi latar perasaan-perasaan penting yang mendekam di benak. Nyaman membayangkan diri begitu basah, sekaligus pasrah. Tak ada bayangan kala hujan. Hanya sengau dan galau, menimpakan diri di riuhnya kecipak becek. Tak ada bayangan kala hujan, tapi segalanya jadi kabur dalam debur.

Kemarin aku ingin mengaduh di dekat kematian. Menunggu apa dia datang? Altar sudah menyedia, aku mati dalam hidup. Dan kata-kata tinggal bersama abu, yang kubakar bersama bayang orang-orang. Aku bukan orang kemarin yang naif dan dhaif. Tinggalah aku yang kaku membeku. Tak menanti apa-apa, kecuali datang-Mu.

Mungkin segalanya jadi tak mungkin. Jika menyangkut kau.

0 komentar: