Tiga Hari Mencari Cinta

Lagi, dan lagi! Waktu terus berjalan, dan sepertinya catatan keabnormalan saya semakin bertambah panjang. Sebenarnya malu juga mengakui keidiotan diri sendiri. Tapi tetap saja, sejarah harus tetap terdokumentasi meski pahit dan getir terasa. (PS: bagi pembaca, harap maklum. Percayalah, saya sudah biasa diolok-olok!)

Kalau mau berbicara soal pengalaman cinta, agak ragu juga kalau mesti menjadi informasi publik. Saya menganggap pembicaraan tentang masalah cinta, masih menjadi sesuatu yang sakral. Tidak sembarang orang mampu untuk melakukannya. Tidak sembarang suasana cocok untuk melakukannya. Dan tidak sembarang sinetron persis menggambarkannya. Tapi kali ini saya berpikir berbeda. Bagaimana kalau pengalaman kita ternyata bisa juga dijadikan referensi orang lain untuk bersikap secara benar dan tepat? Tentu harga yang pantas bagi saya untuk (akhirnya!) menceritakan kisah saya -yang mungkin saja nantinya akan berakibat pada menurunnya ‘pasaran’ saya. Hehehe…

Semua berawal beberapa bulan yang lalu, ketika panitia seminar salah satu media online mengumumkan pendaftaran lomba. Hadiah yang ditawarkan cukup menggiurkan bagi mahasiswa pas-pasan seperti saya. Sumpah, saya nggak akan misuh-misuh seperti ini kalau seandainya saja lombanya bukan ehem…ehem… PENULISAN PENGALAMAN CINTA. OMGPDA (Oh-My-God-Plis-Dong-Ah!), Sepertinya yang perlu saya terangkan adalah, (Pfiuhh!), saya adalah ‘orang’ itu. OK! Bersiaplah! Saya termasuk salah satu dari cewek umur 18 tahun yang nggak punya referensi di dunia percintaan. (Ya, ya, ya, kalau mau ketawa, ketawa aja. Saya udah kebal).

Tapi bukan ‘saya’ namanya kalau menyerah begitu aja tanpa mencoba barang sedikitpun. Akhirnya saya memutuskan, dengan nafas ngos-ngosan dan kepala nyaris kosong, ikut lomba penulisan “Pengalaman Cinta”. Hohoho. Sekali lagi Pengalaman Cinta. Biar dramatis sekalian.

Untuk ikut lomba itu, sudah pasti saya harus memiliki pengalaman cinta. Maaf-maaf aja, pengalaman masak saya nggak berguna di sini. Perlu ada siasat khusus dan trik jitu untuk mendapatan pengalaman cinta yang romantis seperti di film-film India favorit saya. Lantas saya langsung menyusun rencana untuk mencari cinta hanya dalam tiga hari. Kenapa tiga, bukan 30 hari? Pertanyaan bagus. Deadline pengumpulan tulisan rasanya alasan yang tepat untuk menjawabnya. Selain itu saya takut juga lho dikejar-kejar polisi, dijerat kasus pelanggaran hak cipta karena dituduh menjiplak salah satu film yang dibintangi Nirina Zubir dkk. Nanti bukannya cinta yang saya dapat, malah hotel prodeo yang saya sikat.

Sebenarnya saya agak kesulitan dalam masalah menggaet lawan jenis. Alasannya, saya punya banyak kelebihan. Lho?! Pasti bingung. Jangan berprasangka baik dulu. Maksudnya kelebihan berat badan, kelebihan dungunya, dan kelebihan beragam alternatif penyakit jiwa pilihan. Makanya saya mesti usaha ekstra keras untuk mewujudkan impian saya: get instant love.

Hari Pertama

Belum mengambil langkah. Masih bingung.

Hari Kedua

Akhirnya saya memberanikan diri membuat langkah pertama, menyiapkan perangkap untuk menjerat target pasangan saya. Hohoho (baca: ketawa setan). Satu-satunya cara yang tepat dan cepat untuk menggaet cowok adalah lewat chatting. Dipikir-pikir, kenapa nggak dari dulu aja ya saya usaha buat mencari pacar. Kan gampang. Tinggal klik-klik, siapa tahu dapat pasangan yang ‘klik’ (mengutip lagu Ussy Sulistyowati). Setelah satu jam berada di warnet dan menghabiskan dana Rp 4 ribu, akhirnya usaha saya menuai sukses.

Berikut saya sertakan cuplikan obrolon saya dengan si target via MiRC. Saya sengaja memilih nickname seperti itu untuk memudahkan proses. Jadi jangan mencap saya norak. Saya kepepet dan dihantui tenggat waktu. Nggak ada protes.

Ce_Cari_Co : Hi,, nick qt nyambung nih. (sumpah, ini bukan saya banget!)

Co_Cari_Ce : Hi too. Ah, masa sih?! Kebetulan bgt bs jodoh. Asl pls? (Umpan tertangkap. Misi sukses!)

Ce_Cari_Co : Iya ya. Qt jodoh. 20 f yk. U? (umm, bohong dikit rasanya halal aja. Toh cuma korupsi dua tahun doang kok.)

Co_Cari_Ce : 22 m yz

Ce_Cari_Co : yz? Yahya zaini?

Co_Cari_Ce : 22 m yk

Co_Cari_Ce : bukan. Ngawur. Yogyakarta.

Ce_Cari_Co : wah, sekota dong. Deketan dong. Asyik dong. Hehehe (kesannya binal banget nggak sih?! Kok saya berasa aneh gitu ya)

Co_Cari_Ce : yup. Janjian ketemuan yuk. Terserah aja kapan.

Ce_Cari_Co : OK. Tapi km orangnya gimana sih? Penasaran nih.

Co_Cari_Ce : Gimana y? Biasa aja kok. Tapi yah masih lumayanlah. Kalo km sendiri gmn?

Ce_Cari_Co : Wah, merendah nih? Gw orangnya aneh lho.

Co_Cari_Ce : Aneh gimana?

Ce_Cari_Co : Iya. Gw suka pake tank top

Co_Cari_Ce : Trus,,,

Ce_Cari_Co : Rok mini,,,

Co_Cari_Ce : Hm,,

Ce_Cari_Co : Lari-lari gak pake sandal. Hehehe.

Co_Cari_Ce : Dasar. Yang beneran napa. L

Ce_Cari_Co : Ya sorry. Becanda. Gw sih standar aja kok orangnya. Selevel ama distro gitu

Co_Cari_Ce : Distro?

Ce_Cari_Co : Dian sastro

Co_Cari_Ce : Hahaha,,,

Ce_Cari_Co : OK. Jadi g ketemuannya? Besok? (Dikejar deadline nih)

Co_Cari_Ce : Jadi. Km lucu juga. Gimana kalau di sup buah deket UGM?

Ce_Cari_Co : UGM? Jangaaaan!!! Tinggian dikit dong (Mampus! Dia ngajakin di kampus saya. bisa kepergok serdadu saya nih)

Co_Cari_Ce : Hehehe. Aq Cuma becanda kok. Kafe C****t besok jam 10 pagi. gmn?

Ce_Cari_Co : OK. Gw tau kok. C u there.

Co_Cari_Ce : Mmmuach,,, (Gile! Baru kenalan udah maen say kiss aja)

Co_Cari_Ce has signed out

NB: Ada beberapa dialog yang gw sensor demi menjaga kehormatan gw sepenuhnya. Untuk pengertiannya, diucapkan terima kasih.

Hari Ketiga

Inilah saya. Berdiri di depan pintu kafe dengan dandanan lengkap terkesan menor. Rasanya saya lebih mirip Anissa Bahar daripada Dian Sastro. Mampus! Ah, biarin aja. Saya sengaja terlambat setengah jam biar nggak terkesan agresif. Biar gimana pun, harga saya tinggi, coy.

Dag dig dug

“Hai, cowok cari cewek?” saya bertanya pada satu-satunya lelaki yang ada di situ karena dengan tololnya saya lupa menanyakan namanya kemarin.

“Cewek cari cowok?” mungkin sekarang penjaga kafe lagi bertanya-tanya dalam hatinya saking baru pertama kali nonton dua orang yang baru pertama kali ketemu dan langsung heboh. Masalahnya, kami terlihat seperti dua orang yang melakukan transaksi ‘plus-plus’. Edan!

Saat tahu sosok “cowok_cari_cewek” yang sebenarnya, lutut saya langsung terasa lemas. Tiba-tiba semua jadi blank. Langit serasa runtuh. Bumi ikut bergoyang. Cucian pun belum kering (maksud loe??!!). Hm, bukannya saya sok jual mahal atau berasa nggak perlu lelaki, tapi kenyataan yang saya harapkan tidak seperti ini. Bayangan yang ada di kepala saya, cowok_cari_cewek adalah lelaki yang rupawan, tampan, serta hartawan. Lha, aslinya malah beda 180 derajat.

Hm, Cowok yang saya temui namanya Hen-tiit- (kena sensor). Bukan masalah seandainya Hen-tiit- yang itu tidak berpenampilan seperti romusha habis ditabok Belanda. Bukan masalah seandainya saya tidak terlihat begitu terpesona padanya (penting untuk diingat: saya takjub! Bukan terpesona). Dan bukan masalah jika kenyataannya bukan saya yang kena tipu daya maniak chatting tukang bohong bertampang hancur. Idih, idih, darah kotor!

Sepertinya saya memang ditakdirkan untuk menjadi seorang yang idiot untuk masalah cinta. Memang, saya sadari betapa naifnya saya. Buat apa mencari-cari cinta. Kemudian merendahkan diri saya sendiri.

Saya pikir, cinta itu bisa dengan mudahnya digapai. Hanya perlu trik-trik tertentu dan saya akan mendapatkan apa yang saya inginkan. Ternyata saya benar-benar nihil soal cinta. Sebenarnya apa yang perlu saya lakukan hanya menunggu, dan cinta akan datang dengan sendirinya. Tak peduli apakah saya berpengalaman atau tidak. Bodohnya, baru sekarang saya sadar. Tiba-tiba saya teringat perkataan teman saya yang pasti dikutipnya dari perkataan seseorang yang bijak.

Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan daripada berjalan bersama orang ‘yang tersedia’. Lebih baik menunggu orang yang tepat daripada mencomot orang di sekelilingmu untuk dijadi-jadikan cinta. Hidup ini terlalu singkat untuk dijalani bersama orang yang salah.

Pada akhirnya toh saya tidak mendapatkan dua-duanya: hadiah yang menggiurkan dan cinta yang didambakan. Microsoft Word bertitle “Lomba Penulisan Pengalaman Cinta” masih terpampang kosong di depan saya. Tak ada kisah yang pantas untuk diceritakan.

0 komentar: